You are here: Home > > Matahari Badai, Telekomunikasi Dunia Lumpuh?

Matahari Badai, Telekomunikasi Dunia Lumpuh?



California, Amerika Serikat - Cahaya matahari adalah berkah bagi manusia. Namun kini, matahari bisa jadi biang kekacauan telekomunikasi di bumi. Pasalnya, aktivitas baru di matahari yang disebut Solar Cycle 24 terlacak oleh lembaga atmosfer Amerika Serikat, NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration).

Bintik matahari pertama sebagai penanda awal aktivitas tersebut dijumpai NOAA. Aktivitas ini akan berlangsung dalam waktu 11 tahun dengan pembentukan bintik matahari dan badai matahari yang kemungkinan memuncak di tahun 2011 atau 2012. Menurut NOAA, aktivitas tersebut bisa mengancam sistem komunikasi pesawat, sinyal GPS (Global Positioning System) dan jaringan ponsel di planet bumi.




"Bintik matahari ini adalah sinyal awal badai matahari yang intensitasnya akan terus meningkat dalam tahun-tahun mendatang," tandas ilmuwan Douglas Biesecker dari Space Weather Prediction Center (SWPC) di NOAA.

Bintik matahari adalah sebuah aktivitas magnetis di permukaan matahari. Bintik baru temuan NOAA itu diidentifikasi sebagai #10.981 dan menjadi bintik matahari terbaru yang terlihat sejak NOAA menghitungnya mulai tahun 1972.

Menurut NOAA, dalam badai matahari, ada materi yang bisa sampai ke bumi dan mengganggu sistem komunikasi, sumber daya, sinyal GPS dan bahkan membahayakan satelit. Pembicaraan via ponsel dan penarikan uang dari ATM juga bisa terganggu.

"Ketergantungan kita pada teknologi berbasis angkasa membuat ancaman ini lebih berbahaya. Peran NOAA sangat penting untuk mengantisipasi gangguan ini," ungkap administrator NOAA, Conrad C. Lautenbacher seperti dikutip detikINET dari NOAANews, Rabu (9/1/2008). Ramalan akan datangnya Solar Cycle 24 tersebut telah dikemukakan sejak bulan April 2007.

Sumber : Detik.Net
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
You are here: Home > > Isu Kiamat Tahun 2012 yang Meresahkan

Isu Kiamat Tahun 2012 yang Meresahkan



Di internet saat ini tengah dibanjiri tulisan yang membahas prediksi suku Maya yang pernah hidup di selatan Meksiko atau Guatemala tentang kiamat yang bakal terjadi pada 21 Desember 2012.

Pada manuskrip peninggalan suku yang dikenal menguasai ilmu falak dan sistem penanggalan ini, disebutkan pada tanggal di atas akan muncul gelombang galaksi yang besar sehingga mengakibatkan terhentinya semua kegiatan di muka Bumi ini.

Di luar ramalan suku Maya yang belum diketahui dasar perhitungannya, menurut Deputi Bidang Sains Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Bambang S Tedjasukmana, fenomena yang dapat diprakirakan kemunculannya pada sekitar tahun 2011-2012 adalah badai Matahari. Prediksi ini berdasarkan pemantauan pusat pemantau cuaca antariksa di beberapa negara sejak tahun 1960-an dan di Indonesia oleh Lapan sejak tahun 1975.

Dijelaskan, Sri Kaloka, Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lapan, badai Matahari terjadi ketika muncul flare dan Coronal Mass Ejection (CME). Flare adalah ledakan besar di atmosfer Matahari yang dayanya setara dengan 66 juta kali ledakan bom atom Hiroshima. Adapun CME merupakan ledakan sangat besar yang menyebabkan lontaran partikel berkecepatan 400 kilometer per detik.

Gangguan cuaca Matahari ini dapat memengaruhi kondisi muatan antariksa hingga memengaruhi magnet Bumi, selanjutnya berdampak pada sistem kelistrikan, transportasi yang mengandalkan satelit navigasi global positioning system (GPS) dan sistem komunikasi yang menggunakan satelit komunikasi dan gelombang frekuensi tinggi (HF), serta dapat membahayakan kehidupan atau kesehatan manusia. ”Karena gangguan magnet Bumi, pengguna alat pacu jantung dapat mengalami gangguan yang berarti,” ujar Sri.


Langkah antisipatif

Dari Matahari, miliaran partikel elektron sampai ke lapisan ionosfer Bumi dalam waktu empat hari, jelas Jiyo Harjosuwito, Kepala Kelompok Peneliti Ionosfer dan Propagasi Gelombang Radio. Dampak dari serbuan partikel elektron itu di kutub magnet Bumi berlangsung selama beberapa hari. Selama waktu itu dapat dilakukan langkah antisipatif untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan.

Mengantisipasi munculnya badai antariksa itu, lanjut Bambang, Lapan tengah membangun pusat sistem pemantau cuaca antariksa terpadu di Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lapan Bandung. Obyek yang dipantau antara lain lapisan ionosfer dan geomagnetik, serta gelombang radio. Sistem ini akan beroperasi penuh pada Januari 2009 mendatang.

Langkah antisipatif yang telah dilakukan Lapan adalah menghubungi pihak-pihak yang mungkin akan terkena dampak dari munculnya badai antariksa, yaitu Dephankam, TNI, Dephub, PLN, dan Depkominfo, serta pemerintah daerah. Saat ini pelatihan bagi aparat pemda yang mengoperasikan radio HF telah dilakukan sejak lama, kini telah ada sekitar 500 orang yang terlatih menghadapi gangguan sinyal radio.

Bambang mengimbau PLN agar melakukan langkah antisipatif dengan melakukan pemadaman sistem kelistrikan agar tidak terjadi dampak yang lebih buruk. Untuk itu, sosialisasi harus dilakukan pada masyarakat bila langkah itu akan diambil.

Selain itu, penerbangan dan pelayaran yang mengandalkan satelit GPS sebagai sistem navigasi hendaknya menggunakan sistem manual ketika badai antariksa terjadi, dalam memandu tinggal landas atau pendaratan pesawat terbang.

Perubahan densitas elektron akibat cuaca antariksa, jelas peneliti dari PPSA Lapan, Effendi, dapat mengubah kecepatan gelombang radio ketika melewati ionosfer sehingga menimbulkan delai propagasi pada sinyal GPS.

Perubahan ini mengakibatkan penyimpangan pada penentuan jarak dan posisi. Selain itu, komponen mikroelektronika pada satelit navigasi dan komunikasi akan mengalami kerusakan sehingga mengalami percepatan masa pakai, sehingga bisa tak berfungsi lagi.

Saat ini Lapan telah mengembangkan pemodelan perencanaan penggunaan frekuensi untuk menghadapi gangguan tersebut untuk komunikasi radio HF. ”Saat ini tengah dipersiapkan pemodelan yang sama untuk bidang navigasi,” tutur Bambang.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
You are here: Home > > Badai Matahari Timbulkan Kerusakan pada Mars Odyssey

Badai Matahari Timbulkan Kerusakan pada Mars Odyssey



Badan antariksa AS, NASA, mengatakan bahwa salah satu dari instrumen yang melengkapi wahana Mars Odyssey mengalami kerusakan akibat terhempas badai Matahari. Instrumen tersebut --yang dirancang untuk mengukur resiko yang dihadapi manusia bila pergi ke Mars-- berhenti bekerja sejak badai Matahari berhembus tanggal 28 Oktober lalu.

Untuk menanggulangi kerusakan di atas, NASA kini berusaha mengontak Odyssey dengan harapan instrumen tersebut bisa berfungsi lagi. Perlu diketahui, selain merusakkan Mars Odyssey, badai juga sempat menyebabkan mati listrik di Swedia, menimbulkan masalah pada dua satelit Jepang, dan mengganggu sistem radio dan navigasi pesawat dan kapal.

Seperti diberitakan sebelumnya, sebulan lalu Matahari berada dalam periode aktif, dan menyemburkan partikel-partikel bermuatan atau dikenal sebagai badai Matahari, dengan kekuatan sangat besar. Radiasi dan milyaran ton partikel bermuatan terlontar ke angkasa dengan kecepatan tinggi dan mencapai Bumi, juga Mars, sehingga instrumen Odyssey --yang telah mengorbit Mars selama dua tahun-- ikut terkena dampaknya.


Apakah kerusakan itu nantinya bisa diperbaiki, NASA sendiri belum bisa memastikan. Namun seandainya ia tidak lagi bisa dipakai, hal itu tidak terlalu menjadi masalah karena tugas instrumen itu sudah terlaksanakan.

"Walau tidak ada tambahan data lagi dari instrumen tersebut di masa mendatang, ia sudah memberi banyak pengetahuan pada manusia mengenai lingkungan Mars yang perlu diantisipasi bila kelak kita mengirimkan manusia ke sana," ujar Jeffrey Plaut, salah satu ilmuwan yang menangani pengoperasian Mars Odyssey.

Wahana peneliti AS itu masih akan bertugas beberapa waktu di sekitar planet merah. Ia juga akan menjadi penghubung bagi wahana pendarat Inggris, Beagle 2, yang akan mencapai Mars pada hari Natal. Odyssey akan menjadi wahana pertama yang meneruskan sinyal Beagle dan melaporkan apakah pendarat itu berhasil mencapai Mars dengan selamat.

Sumber : Kompas

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS